Berbadan dan
Berpakaian Bersih
Orang Muslim
yang dikehendaki Islam berada di tengah-tengah masyarakat akan senantiasa
bersih. Badannya selalu bersih karena sering mandi. Hal itu dilakukannya
berdasarkanpada petunjuk Rasulullah r yang memerintahkan
untuk selalu mandi dan menggunakan wangi-wangian, khususnya pada hari Jumat :
اغْتَسِلُوا
يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْسِلُوا رُءُوسَكُمْ وَإِنْ لَمْ تَكُونُوا جُنُبًا
وَأَصِيبُوا مِنَ الطِّيبِ
“Mandilah pada hari Jum ‘at dan basahilah kepalamu meskipun
tidak sedang junub, dan pakailah wangi-wangian pada tubuhmu”. (HR.
Bukhari)
Karena
begitu besarnya perhatian sebagian imam pada bersih diri dengan cara mandi,
hingga mereka berpendapat bahwa mandi sebelum shalat jumat itu wajib.
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi bersabda,
حَقٌّ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا يَغْسِلُ
فِيهِ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ
“Kewajiban bagi setiap Muslim untuk mandi satu harí
dalam satu minggu, dengan membasahi kepala dan tubuhnya“.
(Muttafaqun Alaihi)
Pakaian dan
kaos kaki orang Muslim senantiasa bersih, memakainya secara bergantian,
karenanya dia tidak akan pernah membiarkan kotoran atau bau badan menyebar dari
pakaian dan kaos kakinya. Untuk menanggulangi bau tidak enak dia memakai minyak
wangi. Telah dikisahkan dari Umar bin Khaththab t dia
berkata, Barangsiapa membelanjakan sepertiga hartanya untuk membeli minyak
wangi, maka dia tidak termasuk orang yang berlebih-lebihan.
Orang Muslim
yang benar-benar sadar selalu memperhatikan mulutnya, sehingga tidak seorang
pun mencium bau busuk dari mulutnya. Yang demikian itu karena dia senantiasa
menggosok gigi setiap hari dengan siwak, sikat gigi atau alat-alat pembersih
lainnya. Selain itu, dia memeriksakan giginya ke dokter minimal satu tahun
sekali. Jika dianggap perlu dia akan berkonsultasi ke dokter THT (Telinga,
Hidung dan Tenggorokan), sehingga nafasnya selalu segar, bersih dan tidak
berbau.
Diriwayatkan
Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasululah r tidak
berangkat tidur di malam hari ataupun siang hari, sehingga beliau bangun dan
menggosok giginya dengan siwak sebelum berwudhu.( [1] )
Perhatian
Rasulullah r terhadap kebersihan mulut ini sampai pada
batas yang menjadikannya bersabda,
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِ
صَلاَةٍ
“Seandainya tidak akan memberatkan umatku, niscaya
aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat“.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Aisyah
Radhiyallahu Anha pernah ditanya mengenai sesuatu yang pertama dilakukan
RasululIah r apabila memasuki rumah. Aisyah pun menjawab, Bersiwak. (HR.
Muslim)
Sayangnya
kita masih banyak menyaksikan sebagian kaum muslimin yang meremehkan masalah
ini, padahal hal ini merupakan bagian dari substansi ajaran Islam. Mereka tidak
pernah memberikan perhatian terhadap ke-bersihan mulut, badan dan pakaian
mereka. Ketika berada di masjid, majelis taklim dan tempat-tempat lainnya
selalu menyebarkan bau busuk sehingga mengganggu orang Iain dan menjadikan
malaikat menjauh darinya. Anehnya lagi mereka ini telah mendengar dan selalu
membacakan secara berulangulang sabda RasululIah r mengenai
larangan orang yang makan bawang dan daun kucai mendekati masjid, supaya tidak
mengganggu orang lain dengan bau mulutnya,
مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلاَ يَقْرَبَنَّ
مَسْجِدَنَا فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو
آدَمَ
“Barangsiapa yang makan bawang merah dan bawang
putih serta daun kucai, maka janganlah dia ,nendekati rnasjid kaini, karena
sesungguhnya malaikat akan merasa terganggu seperti yang dirasakan oleh anak
cucu Adam“. (HR. Muslim).
Rasulullah r
telah memperingatkan orang-orang yang memakan sebagian sayuran yang berbau
tidak sedap agar tidak mendekati masjid, supaya para malaikat dan orang-orang
yang hadir di sana tidak terganggu oleh bau mulutnya.
Padahal
sebenarnya hal ini lebih ringan dampaknya dari bau pakaian dan kaos kaki kotor,
juga dari bau badan yang kotor dan mulut yang berbau tidak sedap yang bermuara
dari sebagian orang yang mengabaikan kebersihan, Sehingga menyebabkan orang
lain terganggu karenanya.
Dan juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Jabir t , dia
menceritakan, Rasulullah r pernah mengunjungi kami, laIu beliau melihat
seorang Iaki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda :
“Orang ini tidak mempunyai diterjen yang dapat digunakan untuk menyuci
pakaìannya?”
Rasulullah r
sangat membenci seseorang yang berpenampilan di tengah-tengah
orang banyak dengan pakaian kotor selama dia mampu mencuci dan membersihkan
pakaiannya itu. Hal itu merupakan pelajaran bagi orang Muslim untuk selalu
berpakaian bersih, berpenampilan rapi, serta enak dipandang. Beliau
berkata :
مَا عَلَى أَحَدِكُمْ إِنْ وَجَدْتُمْ أَنْ يَتَّخِذَ ثَوْبَيْنِ لِيَوْمِ
الْجُمُعَةِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ
“Jika salah seorang di antara kalian memiliki, maka
hendaklah dia memakai dua pakaian untuk hari Jum’ at selain dua pakaian kerja”.
(HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah)
Melalui
nash-nashnya, Islam telah menekankan kepada pemeluknya secara keseluruhan agar
selalu berpenampilan bersth. Bertolak dari hal tersebut, Islam menginginkan
agar mereka senantiasa bersih, memberi minyak wangi pada pakaiannya, serta
menyebarkan bau harum di sekelilingnya. Inilah yang dilakukan Rasulullah r,
sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik t, dia berkata :
“Aku tidak pernah mencium bau wangi ambar, misik dan sesuatu yang lebih harum
dari aroma Rasulullah r”.
Banyak
sekali hadits yang membahas mengenai kebersihan badan, pakaian, bau badan dan
keringat. Di antaranya disebutkan bahwa jika ada seseorang yang menyalami
Rasulullah r, maka selama satu hari akan tercium bau wangi dari
tangannya. Dan jika beliau meletakkan tangannya di atas kepala bayi, maka akan
tercium bau wangi dari kepalanya.
Disebutkan
Imam Bukhari dalam kitab Tarikhul Kabir, dari Jabir, bahwa Nabi r
tidak melewati suatu jalan, lalu ada orang yang menapaki jalan tersebut
melainkan dia mengetahui bahwa beliau telah melewati jalan tersebut dari aroma
minyak wangi beliau. Pada suatu ketika beliau pernah tidur di rumah Anas, lalu
beliau mengeluarkan keringat, maka Ummu Anas datang membawa botol untuk
mengumpulkan keringat tersebut ke dalam botol itu. Kemudian beliau bertanya
kepadanya mengenai hal itu, maka dia pun menjawab : “Ini adalah keringatmu,
kami menjadikannya sebagai minyak wangí, dan ia merupakan minyak wangi
terwangi”. (HR. Muslim).
Betapa kaum
muslimin sangat membutuhkan percikan-percikan petunjuk Rasulullah r
yang sangat berharga seperti ini.
Petunjuk
beliau yang lainnya adalah perintahnya agar semua umatnya senantiasa merawat
dan memperindah rambutnya, seperti yang telah ditetapkan syariat Islam.
Perintah itu
disampaikan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu
Hurairah t , dia menceritakan, Rasulullah r pernah
bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ
فَلْيُكْرِمْهُ
Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia
menghormatinya.
Penghormatan
terhadap rambut menurut citra rasa Islam adalah de-ngan membersihkan, menyisir,
memberinya minyak rambut, serta memperindah bentuknya.
Nabi r
sendiri sangat membenci orang yang membiarkan rambutnya berantakan,
acak-acakan, dan memancarkan bau tidak sedap sehingga terlihat orang seperti
gorila. Karena demikian buruk penampilannya hingga disakakan seperti syaitan.
Hal itu disampaikannya melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam
bukunya Al Muwattha sebagai hadits mursal dari ‘Atha bin Yasar, dia bercerita :
Pada saat Rasulullah
r sedang berada di masjid, datanglah seorang laki-laki yang rambut
dan jenggotnya berantakan (tidak rapi) Maka beliau menunjuk dengan tangannya
kearahnya, seakan-akan beliau menyuruhnya merapikan rambut dan jenggotnya. Maka
orang itu pun melaksanakannya dan kemudian kembali menghadap Lalu Nabi r
bersabda :”Bukankah demikian ini lebih baik daripada seseorang di antara
kalian yang datang dengan rambut berantakan seakan-akan seperti syaitan?”
Jelaslah
bahwa dalam penyerupaan orang yang berarnbut acak-acakan dengan syaitan oleh
Rasulullah r, merupakan begitu besarnya perhatian Islam terhadap
pentingnya penampilan rapi dan indah, dan kebenciannya terhadap penampilan yang
acak-acakan dan tidak rapi.
Rasulullah r
senantiasa mengingatkan akan keindahan dan kecantikan pada diri manusia. Beliau
sangat membenci dan menjauhi orang yang rnengabaikan keadaan rambutnya dan
membiarkannya tidak teratur. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Jabir
Radhiyallahu berkata, Rasulullah r pernah mengunjungi lalu
beliau melihat seorang yang berambut kusut dan acak-acakan. Maka beliau pun
bersabda : “Apakah dia tidak mempunyai sesuatu yang dapat merapikan
rambutnya?”
4.
Berpenampilan Menarik
Orang Muslim
yang sebenarnya sangat perhatian terhadap pakaian dan Penampilannya. Oleh
karena itu, Anda akan melihatnya selalu berpenampilan menarik dan mengesankan,
tanpa harus berlebih-lebihan dan rnenyolok menyenangkan bagi orang yang
melihatnya. Dia tidak pernah menemui atau berada di tengah-tengah orang banyak
dengan keadaan acak-acakan dan tidak menarik. Tetapi sebaliknya, sebelum keluar
rumah, dia senantiasa memperindah penampilannya secara sederhana dan tidak
berlebih-lebihan. Rasulullah r sendiri memperindah
penampilan ketika menemui para sahabatnya, sama seperti ketika beliau
berpenampilan di tengah-tengah keluarganya. Dalam Al-Quran AIlah I
telah befirman :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ
وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah. Siapakah yang rnengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah Dia keluarkan untuk harnba-hamba-Nya dan juga rezeki yang
baik”. (QS.
Al-Araf: 32)
Dalam
menafsirkan ayat tersebut di atas, Imam Qurthubi mengatakan, diriwayatkan
Nakhul dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dia berkata, Salah seorang dari
shahabat RasululIah r pernah menunggu beliau di depan
pintu. Lalu beliau pun keluar menemui mereka, sedang di dalam rumahnya terdapat
bejana yang berisi air, sebelum menemui mereka, beliau bercermin ke air
tersebut dan merapikan jenggot dan rambutnya. Aisyah melanjutkan ceritanya,
lalu aku bertanya kepadanya, Wahai RasululIah, apakah engkau juga melakukan hal
seperti ini ? “Benar, apabila seseorang akan keluar mendatangi saudaranya, maka
hendaklah dia mempersiapkan diri, karena sesungguhnya Allah itu indah dan
mencintai keindahan jawab beliau”.
Seorang
Muslim akan senantiasa melakukan hal itu sesuai dengan konsep Islam, agama
pertengahan dalam segala hal. Itulah konsep keseimbangan yang tidak mengenal
sikap berlebihan atau melampaui batas. Dan itu telah tercermin dalam firman
Allah I :
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ
يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orangyang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebih-lebihan, tidak pula kikir, tetapi berada di tengah-tengah
antara keduanya”. (QS. Al-Furqan: 67)
Islam
benar-benar menginginkan para pemeluknya, khususnya para da’i agar bergaul di
masyarakat dengan penampilan yang menarik dan selaIu enak dipandang. Bukan
sebaliknya berpenampilan buruk sehingga tidak enak dipandang dan bahkan
mengganggu pandangan serta mempersempit pernafasan. Bukan dari Islam jika ada
orang yang berpenampilan tidak rapi dan menarik, sampai pada tingkat diremehkan
orang lain, dengan dalih zuhud dan tawadhu. Rasulullah r merupakan
bapaknya orang-orang yang bertawadhu, tetapi beliau tetap memakai pakaian
yang bagus, dan selalu berdandan bagi keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliau
menganggap penampilan menawan dan menarik merupakan pengejawantahan bagi
nikmat Allah Azza wa Jalla,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى
عَبْدِهِ
.
(2) sesungguhnya
Allah senang melihat atsar (pengaruh) nikmatnya yang diberikan kepada
hamba-hambanya
Dalam buku
Ibnu Saad yang berjudul Thabaqaat, IV/346, disebutkan sebuah hadits, dari
Jundub bin Makits t bercerita :
“Apabila
Rasulullah r kedatangan utusan, maka beliau senantiasa me-ngenakan
pakaian yang terbaik dan menyuruh para sahabatnya untuk melakukan hal yang
sama. Sedang aku sendiri pernah melihat Rasulullah r ketika
kedatangan utusan dari Kindah, pada saat itu beliau mengenakan pakaian khas
Yaman. Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu
Anhuma”.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Mubarak, Thabrani, Baihaqi, dan lain-lainnya, dari Umar Radhiyallahu
Anhu, beliau bercerita, Aku pernah melihat Rasulullah r minta diambilkan
baju baru, Ialu beliau mengenakannya. Ketika mengenakannya baru sampai tulang
di atas dada, beliau berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku
pakaian, yang dengannya aku dapat menutupi auratku dan dapat mempercantik diri
dalam hidupku”.
Abdurrahman bin Auf pernah memakai kain burdah atau hullah (kain
dari bulu) yang harganya senilai lima atau empat ratus. ( [3] )
Selama
memperindah penampilan tidak melampaui batas, maka hal itu termasuk perhiasan
yang baik yang dibolehkan dan dianjurkan Allah bagi bamba-hamba-Nya,
“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. Katakanlah, Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baík ?
Katakanlah, Sesungguhnya itu itu disediakan bagi orang-orang orang yang beriman
dalam kehidupan dunia, khusus untuk mereka di hari kiamat. Demikianlah
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orangorang yang mengetahui ”.
(QS. Al-A raf: 3 1 -32).
Dalam kitab
Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari lbnu Mas’ud t,
bahwa Rasulullah r pernah bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya
terdapat kesom-bongan sebesar buah dzarrah. Lalu seseorang berkata, Sesungguhnya
ada orang yang senang memakaipakaian bagus dan sandalnya juga bagus. Maka
beliau bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Sombong
itu adalah menolak kebenaran dan tidak menghargai orang lain“. (HR. Muslim)
Demikian
itulah yang dipahami oleh para sahabat dan pengikut-pengikutnya. Dan bertolak
dari hal itu, Imam Abu Hanifah t senantiasa berpenampilan menarik
dan berbaju bagus dan berbau harum. Keseriusannya untuk memperindah penampilan
dan memperbagus pakaian itu terlihat pada usahanya menganjurkan orang-orang
untuk melakukan itu. Pada suatu hari beliau pernah melihat salah seorang
sahabatnya mengenakan pakaian yang sudah rusak. LaIu dia mengajaknya ke tempat
sepi dan memberinya uang 1000 dirham untuk memperbaiki penampilannya. Maka
sahabatnya itu berkata, Aku ini orang kaya dan hidup senang, sama sekali tidak
perlu itu. Dan Abu Hanifah pun berkata, “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar
nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya. Oleh karena itu kamu harus
merubah penampilanmu sehingga kamu tidak direndahkan oleh rekanmu”.
Sudah barang
tentu, para da’i yang menyeru kejalan Allah harus senan-tiasa berpenampilan
menarik, rapi serta menyenangkan apabila dilihat, dan tampil lebih menarik
daripada orang-orang lain sehingga lebih mudah menyentuh hati mereka serta
memasukkan dakwahnya ke dalam jiwa mereka.
Bahkan
mereka dituntut untuk berpenampilan seperti itu, meskipun tidak sedang berada
di tengah-tengah orang banyak. Karena orang yang menyeru (da’ i) ke jalan Allah
harus senantiasa memperhatikan penampilan, kebersihan badan, pakaian, kuku dan
rambut mereka, meski sedang berada dalam kesendirian. Hal itu dilakukan sebagai
upaya memenuhi seruan fitrah yang sehat yang diberitahukan Rasulullah r melalui
sabdanya :
خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَنَتْفُ الإِبْطِ
وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَأَخْذُ الشَّارِبِ
“Lima
perkara yang merupakan bagian dari fitrah Khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dengan
demikian, memelihara keindahan dan kecantikan fitrah kemanusiaan termasuk hal
yang dicintai oleh agama Islam dan oleh setiap orang yang memiliki karakter
lembut dan citra rasa yg sehat.
Namun
demikian, perhatian terhadap penampilan ini tidak menyebabkan orang Muslim
yangjujur berhias secara berlebihan, berpenampilan secara tidak wajar, tindakan
yang merusak konsep keseimbangan dan kesederha-naan yang telah ditetapkan
Islam. Seorang Muslim yang benar-benar sadar dan memahami ajaran agamanya akan
senantiasa memperhatikan konsep kesederhanaan dalam segala sesuatu.
Dan tidak
pernah lepas dari benaknya bahwa Islam yang telah menganjurkan berhias dan memberikan
perhatian terhadap penampilan serta memakai wangi-wangían ketika berangkat ke
masjid, merupakan agama yang senantiasa memperingatkan agar tidak
berlebih-lebihan dalam berhias, sehingga tidak menjadi budak perhiasan dalam
kehidupan ini, dan tidak menjadikannya se-bagai kesibukan dan kemauan kerasnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan Rasulullah r berikut ini,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَ الْقَطِيفَةِ وَ
الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
“Celakalah hamba dinar dan dirham, hamba sutera dan
beludru. Apabila diberi, dia akan merasa senang, dan apabila tidak diberi, dia
tidak rela ( marah). (HR. Bukhari)
Tidak
diragukan Iagi, para dai yang menyeru ke jalan Allah I akan senantiasa
terhindar dari keterperosokan ke dalamnya, karena telah dibentenggi dengan
petunjuk agamanya yang agung serta berpegang teguh pada konsep keseimbangan dan
kesederhanaan yang telah dibawa oleh ajaran Islam yang penuh dengan toleransi.
“Syakhshiyyatul
Muslim Kamaa Yashughuhal Islam was Sunnah” Dr. Muhammad ‘Ali Al Hasyimi
( [1] ) Hadits ini hasan. Diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud
( [2] ) Hadits ini hasan, diriwayatkan Imam Tirmidzi dan AI-Hakim.
( [3] ) Kitab Thabaqat, Ibnu Saad, 111/131.
( [4] ) Kitab Al-Hilyah, 1/321
HIKMAH BERSUCI DALAM ISLAM
Islam adalah agama yang cinta keindahan. Keindahan selalu identik dengan
kebersihan dan kesucian. Demikianlah sebuah hadits berbunyi “Kebersihan itu
sebagian dari iman”. Artinya keimanan belum tanpa adanya kebersihan. Baik jasmani
maupun rohani.Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam pelaksanaan wudlu’
sebelum shalat.
Demikian pula anjuran mandi sebelum pertemuan jum’atan atau berkumpul
tahunan dalam rangka shalat idul adha maupun idul fitri. Begitu juga dengan
anjuran memotong kuku, membersihkan gigi, membersihkan pakaian dengan mencuci.
Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam Syafi’I menerangkan adanya hikmah dibalik
anjuran tersebut diantaranya.
Pertama menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang
suci.
Kedua, Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang
Islam.
Karena manusia pada dasarnya condong pada sesuatu yang bersih, suka
berkumpul dengan orang-orang yang bersih dan menjauhi sesuatu yang kotor. Maka
perintah bersuci adalah jalan menuju kehormatan dan kewibawaan Islam itu
sendiri. Lebih-lebih ketika bersinggungan dengan msyarakat lainnya.
Hikmah Ketiga adalah menjaga kesehatan.
Karena penyakit itu datang disebabkan kuman-kuman serta bakteri-bakteri
yang dibawa oleh kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga
kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan badan, mencuci
muka, mencuci tangan, mencuci kaki, karena anggota yang disebutkan merupakan
tempat dimana kotoran yang menbawa penyakit itu bersarang.
Dan terakhir adalah mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan Yang
Mahas Suci senang akan hal-hal yang suci. Karena itu keitka shalat untuk
menghadapi-Nya haruslah dalam keadaan suci secara lahir maupun batin

Tidak ada komentar:
Posting Komentar